Jika kalian duduk di bemo bagian pojok belakang, segalanya dapat terlihat lewat punggung kaca bemo. Kemudian di dekat daerah Dolog aku melihat ada seseorang naik sepeda. Tanpa helm, tanpa jaket, apapun. Kemudian ia bernyanyi-nyani sarkastis kepada pengendara rangka besi bermesin di jalanan. Di antara deru jalanan, suaranya terdengar bahagia saja.
Teritori Conita
Awam
Old Doodles
Sedang bersih-bersih hari ini, kemudian menemukan buku yang isinya coret-coretan ketika waktu luang (... atau ketika meluangkan waktu?).
Tebak-tebak, ada berapa judul anime yang bisa kamu sebutkan dari petunjuk di atas?
Berapa juga kata yang bukan judul anime tapi ada di situ? XD
Aku juga membuat versi Vocaloid producers, hanya saja tidak sampai selesai (ketika aku membuat ini, spidol ungunya milik temanku dan spidol birunya milikku. Sebelum coret-coret ini selesai temanku bilang tintanya sudah mau habis, aku jadi enggan meminjam lagi >_<).
Omong-omong, tiga gambar di atas kesemuanya aku buat ketika semester pertamaku di kelas XI.
BONUS! Aku sudah lama kehilangan kemampuan menggambar (aku ingat terakhir kali gambarku "pantas" itu ketika kelas VIII semester I, setelah semester berikutnya rasanya sudah hilang passion, rasanya kemampuan terserap hilang~). Ketika itu aku menggambar sekenanya, sesukanya. Proporsi, perspektif, makanan apa itu? :))
Berikut ini gambar yang aku buat ketika masih SMP .... XD
Yeah, coret-coretan lama.
Pemilu Presiden: BESOK!
Aku masih belum bisa memilih tahun ini. Sedikit ironis karena usiaku kurang 22 hari dari hari H pemilu, hahaha.
Apapun yang terjadi, DATANG KE TPS!
Pilih sesuai hati nurani. 1 HARI = 5 TAHUN.
Titip Indonesia ya. :")
相信
Makin mendekat masanya di mana orang-orang yang percaya akan dianggap aneh
Banyak orang-orang itu kemudian ikut-ikutan tidak percaya,
Kemudian memilih tidak percaya, saja
Sebagian lagi mendapati rasa percayanya bercampur
Rasa percaya, sudah dipenetrasi hal lain
Kemudian ia sendiri tidak memahami apalagi yang sedang ia percayai
Semua ini membuatku takut
Oleh karena takut, aku memeluk diriku erat-erat
Menjadi batu di antara aliran sungai
Aku masih mau percaya.
Dan ketika kukatakan aku mau percaya, maka aku ingin percaya dengan tanpa keraguan
Aku masih mau optimis.
Semoga pikiran aku keliru.
Semoga ketika datang masa bangkitnya orang-orang yang percaya
aku ada di sana.
Banyak orang-orang itu kemudian ikut-ikutan tidak percaya,
Kemudian memilih tidak percaya, saja
Sebagian lagi mendapati rasa percayanya bercampur
Rasa percaya, sudah dipenetrasi hal lain
Kemudian ia sendiri tidak memahami apalagi yang sedang ia percayai
Semua ini membuatku takut
Oleh karena takut, aku memeluk diriku erat-erat
Menjadi batu di antara aliran sungai
Aku masih mau percaya.
Dan ketika kukatakan aku mau percaya, maka aku ingin percaya dengan tanpa keraguan
Aku masih mau optimis.
Semoga pikiran aku keliru.
Semoga ketika datang masa bangkitnya orang-orang yang percaya
aku ada di sana.
[Fangirl Territory] Fangirl Confession #7: I Do Not Know If I Can Make It Through The Last Episode!
I am currently watching the Japanese live-action adaptation drama of Zettai Kareshi (literal translation: Absolute Boyfriend. Check out the link for summary, cast, etc.).
I like this drama so much. By the way, usually when a person watching a series and he/she likes it, he/she will watche the entire episode non-stop because he/she can not let the curiosity takes over. However, this drama is kind of exception for me, though. I doubt it if I can make it through the last episode and the SP edition. Sometimes I feel like I need to take a break after watching few episodes because I can not hold feelings this much, I just... wwww
But, seriously, take a look at this drama. This drama is great, I like it. Say, this is the true definition of bittersweet drama; does not necessarily involve intense repetitive sobbing and lamentation, but struck right in the feelings. It also has great sense of humor which I really appreciate. And ending song is g.r.e.a.t! ("Okaeri", sung by Ayaka, who is now Hiro Mizushima's wife >_< so sweet kyaah). I will definitely watch it until the ending.
*Every pictures in this post is not mine. Credits to the respective owners.
I like this drama so much. By the way, usually when a person watching a series and he/she likes it, he/she will watche the entire episode non-stop because he/she can not let the curiosity takes over. However, this drama is kind of exception for me, though. I doubt it if I can make it through the last episode and the SP edition. Sometimes I feel like I need to take a break after watching few episodes because I can not hold feelings this much, I just... wwww
*Every pictures in this post is not mine. Credits to the respective owners.
Baju Muslim Bahan Spandex? Makasih deh.
Mau curcol sebentar, kali ini tentang baju muslim (ceritanya edisi Ramadan :)).
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Kenapa ya belakangan ini banyak blouse/dress/rok/baju muslim untuk perempuan apapun, yang bahannya spandex? oAo
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Kebetulan aku nggak suka bahan spandex :(
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Karena aku lumayan gemuk dan bahan spandex nggak jodoh banget sama orang gemuk.
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Baju bahan spandex umumnya punya lengan yang panjang tapi sempit (?).
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Akibatnya kalau dipakai bisa bikin si gemuk makin kelihatan gemuk di bagian lengan karena cenderung nge-press gitu deh. =_="
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Terus kalau untuk bentuk dress, bahan spandex juga bisa bikin panggul terlihat lebar banget (tapi yang ini kayaknya relatif deh).
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Dan bahan spandex walaupun tidak tembus pandang tetapi relatif tipis, bisa menimbulkan pemandangan yang tidak sedap ....
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Dan entah mengapa kalau pakai jilbab instan bahan spandex cenderung mudah kusut (apalagi aku banyak bergerak).
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Dan karena tipis, ujung rambut kalau tidak ditata dgn rapi bisa keluar dari pori-pori kain. =_="
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Nggak banget lah pokoknya, saya nggak jodoh amat sama baju bahan spandex. =_="
— •▲• (@conitaoca) June 30, 2014
Hal yang sama berlaku untuk legging dan bahan kain sejenisnya. =_=Bijak Memilih Pemimpin: Dimulai dari Hal Kecil
Belakangan ini geliat
politik di Indonesia terlihat makin sibuk. Hal ini tentu saja dilakukan dalam
rangka menyambut pesta demokrasi. Tidak heran berbagai perhelatan dilaksanakan
dalam rangka menyambut kegiatan empat tahun sekali ini, salah satu contohnya adalah
berbagai penyuluhan perihal masalah pemilihan umum.
Salah satu isu yang dirasakan oleh beberapa kaum muda,
usia remaja, ketika mendekati pemilu adalah kesulitan menentukan akan memilih
siapa. Kebingungan dalam memilih ini dapat dipicu oleh beberapa hal. Salah
satunya adalah hilangnya kepercayaan kepada partai, bahkan terhadap
entitas-entitas politik lainnya. Kehilangan kepercayaan ini dapat lahir dari
banyaknya kasus yang menyangkut identitas partai yang mulai terkuak di media
informasi yang mudah diakses. Selain itu, problema yang menyebabkan kebingungan
ini adalah kurangnya informasi mengenai calon-calon wakil legislatif yang mudah
diakses oleh pemuda. Lalu dari kebingungan-kebingungan banyak remaja yang sudah
melampaui usia 17 tahun yang akhirnya memilih untuk golput. Padahal jika kita
tidak menggunakan hak suara kita, suara bisa jadi yang akan berjaya ketika
pemilihan nanti adalah orang-orang yang memiliki kepentingan. Kalau bukan kita
yang memilih pemimpin kita, pemimpin kita akan dipilih berdasarkan kepentingan
kelompok yang paling besar massa! Jelas hal ini sangat berbahaya.
Kembali pada masalah keterbatasan informasi, keterbatasan
informasi akhirnya membuat seorang calon hanya dipilih oleh remaja berdasarkan
produk kampanyenya saja, contohnya spanduk-spanduk caleg yang sedang marak
bertebaran di jalanan. Seorang calon pemimpin dapat dinilai dari bagaimana cara
media kampanyenya dikelola. Sebelumnya, memang benar menilai seseorang hanya
dari penampilannya (atau dalam hal ini, spanduknya)
itu terdengar tidak adil, bahkan terkesan mengagungkan stereotip. Tetapi secara sadar
maupun tidak, media kampanye yang digunakan calon pemimpin dapat
menunjukkan keseriusan dan determinasi seorang calon pemimpin.
Semuanya
dimulai dari hal-hal kecil saja. Salah satunya, jika ada calon yang memasang
spanduk di tempat yang seharusnya—seperti di lingkungan pendidikan, di tempat
fasilitas umum, dan sebagainya—apalagi sampai melanggar aturan kampanye, dapat
dilihat sendiri ‘kan bagaimana calon pemimpin ini mengabaikan aturan yang
berlaku? Seorang calon pemimpin yang
baik juga harus tahu bagaimana menggunakan media kampanyenya tanpa menyakiti
pihak manapun (sedikit miris memikirkan pohon-pohon yang mulai bertindik paku,
toh tidak ada pemimpin yang terpikirkan mencabut paku ini yang dua, tiga tahun
lagi akan berkarat menjadi penyakit batang tanaman). Ini baru menjadi calon,
siapa yang tahu apa yang terjadi jika sudah mendapat amanah?
Selain
itu, pemimpin yang baik tidak sekedar melontarkan slogan pada media kampanyenya.
Walaupun inti dari kegiatan kampanye adalah untuk mempromosikan diri, tetapi
tetap usaha untuk mengedukasi rakyat harus dilaksanakan. Jangan membodohi
rakyat dengan propaganda kampanye yang menyesatkan. Mohon maaf, tetapi saya
beberapa kali menemukan slogan kampanye yang sedikit membuat saya mengernyitkan
dahi. Satu kali saya melihat tagline kampanye
berbunyi “daripada golput mending ikut”. Memang inti yang ingin disampaikan
baik, mendorong dan mengajak warga negara yang memiliki hak pilih untuk menyumbangkan
suara pada pemilihan mendatang, tetapi cara penyampaiannya rancu, dapat
menimbulkan interpretasi keliru. Golput dengan segala alasan yang saya
kemukakan di atas adalah tindakan tidak baik, tetapi sekedar ikut-ikutan juga
sama tidak baiknya! Sayang sekali jika slogan baik ini malah menimbulkan
misinterpretasi dan kerancuan makna.
Itu
baru satu contoh. Masih juga saya temui slogan-slogan kampanye yang tidak
wajar,bahkan terkadang malah sama sekali tidak memiliki hubungan dengan kegiatan
kampanye itu sendiri. Satu kali saya menemukan media kampanye yang memiliki tagline “senggol, bacok” (dan dibubuhi
kata misuh khas kota pahlawan, tetapi itu beda cerita). Barangkali tujuan utama
pembubuhan tagline berikut dalam
media kampanye merupakan usaha untuk memperlihatkan betapa calon ini adalah
calon yang menyenangkan, ramah, dan
mudah bergaul. Tetapi jika dipikirkan dua kali kesan yang didapat malah calon
tersebut menjadi kehilangan wibawa. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan
terutama dari pihak calon tersebut, bisa-bisa pencitraan yang negatif dapat
muncul.
Memang
hal-hal yang saya kemukakan di atas bersifat trivial. Tetapi saya percaya bahwa
kita butuh pemimpin yang memperhatikan detil. Pemimpin yang tidak mudah
menggampangkan masalah rakyat. Pemimpin yang tidak berbuat melawan aturan,
sekecil apapun. Pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah rakyat hingga ke
akar-akarnya. Pemimpin yang mengetahui keinginan rakyatnya hingga ke bagian
yang paling mikro. Pemimpin yang berusaha tampak baik apa adanya, menjadi
percontohan. Dan terkadang untuk mengerti sesuatu yang besar, seperti misalnya meramalkan masa depan Indonesia, yang
kita butuhkan hanya melihat jati diri calon pemimpin kita hingga bagian yang terkesan paling sepele.
Lewat
tulisan ini pula saya ingin menyampaikan kepada setiap calon-calon yang sedang
bergerilya berkampanye untuk lebih memperhatikan pengelolaan media kampanyenya.
Lewat kampanye yang serius dan meyakinkan, rakyat dapat lebih percaya dan lebih
yakin terhadap pilihannya. Media kampanye dimanfaatkan betul sebagai sarana
memperkenalkan diri bersama visi misi ke depan. Media kampanye yang dikelola
dengan sembarangan akan meninggalan pencitraan buruk terhadap calon itu
sendiri. Dan tentu saja rakyat tidak akan memilih calon pemimpin yang asal-asalan.
Terakhir,
kepada semua remaja dan masyarakat muda pemegang hak pilih dalam pesta
demokrasi tahun ini; titip Indonesia untuk lima tahun ke depan! Gunakan hak
pilih dengan bijak, nasib Indonesia ada di tangan kalian. Sukseskan pemilu
2014!
Dibuat untuk tugas membuat esai/puisi/cerpen untuk buku Golden Generation 2 (buku yang diterbitkan sekolah berisi kumpulan karya siswa). Karena karyaku tidak sampai diterbitkan, kupikir sayang kalau tidak dibagikan sekalian saja. ;) Oh, omong-omong, cerita ini dibuat ketika masa-masa kampanye pemilu legislatif 2014.
Langganan:
Postingan (Atom)