Seorang sahabatku, sebut saja dia Ana, pernah berkata betapa ia begitu salut kepada orang yang setia menjadi penggemar sesuatu hingga ia SMA, hingga ia kuliah ....
Kurasa setia pada sesuatu, yang bahkan sesuatu itu semacam idola, itu tidak mudah. Harus konsisten, harus loyal, harus kontinu. Buatku lama-lama hal itu tidak lagi mudah. Bukannya aku merasa tua juga, tapi makin bertambah usia, berlalu masa, aku sadar kalau tidak semua waktuku kugenggam untuk diriku sendiri. Tidak pula untuk loyal kepada idola yang digemari nun jauh entah di mana.
Dulu, aku merasa kata-kata Ana itu ganjil. Sebetulnya aku dan Ana punya latar belakang dari kesukaan yang sama, dan entah mengapa aku bertanya-tanya soal maksudnya bicara begitu.
Baru hari ini aku paham maksudnya Ana. Banyak di luar sana orang-orang yang begitu loyal kepada kegemarannya yang nun jauh entah di mana. Banyak orang di luar sana yang berlomba-lomba mengubah dirinya untuk kegemarannya. Banyak orang di luar sana yg berlomba-lomba menjadi penggemar terbaik dengan mengerahkan harta-waktu-tenaganya. Dan buatku lama2 menakjubkan ... dan mengherankan.
Dulu aku seorang penggemar, sekarangpun aku penggemar, dalam banyak hal.
Tapi agaknya aku pernah iri kepada orang yang juga penggemar, sama sepertiku, dan ia cepat sekali meraih simpati banyak orang dengan menjadi seorang penggemar.
Mungkin dia begitu loyal. Mungkin dia juga telah membangun dirinya menjadi "penggemar bintang yang menggemari bintang", entah bagaimana aku mengistilahkannya.
Mungkin hidupnya sudah didedikasikan untuk idolanya sepenuhnya.
Aku tidak bisa menyalahkan siapapun, aku ini penggemar dan aku tahu bagaimana rasanya menjadi mereka itu ....
Tapi rasanya kulihat mereka berikat hasrat pada sesuatu dalam masa yang panjang ... aku merasa ada sesuatu tentang penggemar yang dapat kumengerti, tapi aku tetap merasa ganjil ....
Kurasa setia pada sesuatu, yang bahkan sesuatu itu semacam idola, itu tidak mudah. Harus konsisten, harus loyal, harus kontinu. Buatku lama-lama hal itu tidak lagi mudah. Bukannya aku merasa tua juga, tapi makin bertambah usia, berlalu masa, aku sadar kalau tidak semua waktuku kugenggam untuk diriku sendiri. Tidak pula untuk loyal kepada idola yang digemari nun jauh entah di mana.
Dulu, aku merasa kata-kata Ana itu ganjil. Sebetulnya aku dan Ana punya latar belakang dari kesukaan yang sama, dan entah mengapa aku bertanya-tanya soal maksudnya bicara begitu.
Baru hari ini aku paham maksudnya Ana. Banyak di luar sana orang-orang yang begitu loyal kepada kegemarannya yang nun jauh entah di mana. Banyak orang di luar sana yang berlomba-lomba mengubah dirinya untuk kegemarannya. Banyak orang di luar sana yg berlomba-lomba menjadi penggemar terbaik dengan mengerahkan harta-waktu-tenaganya. Dan buatku lama2 menakjubkan ... dan mengherankan.
Dulu aku seorang penggemar, sekarangpun aku penggemar, dalam banyak hal.
Tapi agaknya aku pernah iri kepada orang yang juga penggemar, sama sepertiku, dan ia cepat sekali meraih simpati banyak orang dengan menjadi seorang penggemar.
Mungkin dia begitu loyal. Mungkin dia juga telah membangun dirinya menjadi "penggemar bintang yang menggemari bintang", entah bagaimana aku mengistilahkannya.
Mungkin hidupnya sudah didedikasikan untuk idolanya sepenuhnya.
Aku tidak bisa menyalahkan siapapun, aku ini penggemar dan aku tahu bagaimana rasanya menjadi mereka itu ....
Tapi rasanya kulihat mereka berikat hasrat pada sesuatu dalam masa yang panjang ... aku merasa ada sesuatu tentang penggemar yang dapat kumengerti, tapi aku tetap merasa ganjil ....
0 komentar:
Posting Komentar