Pages

Hikmah Puasa

Sebetulnya pengalaman ini terjadi ketika bulan Ramadan kemarin. Lama sekali, eh?

Tapi mau bagaimana lagi, kutuliskan sekarang ....

Salah satu yang menjadi perhatianku ketika bulan puasa kemarin adalah banyaknya undangan buka bersama di sini dan di sana. Seolah-olah tiap entitas dan satuan hendak mempertegas eksistensinya dengan memenuhi kalender kita dengan jadwal buka bersama. Orang jadi lebih sibuk memikirkan buka bersama dibandingkan, katakanlah, untuk beribadah; tarawih, tadarus, dsb.

Lumayan juga sebagai distraksi; lumayan pula membuat kita terdisorientasi.

Karena walaupun namanya buka bersama, pasti diiringi dengan kegiatan begini-begitu sehingga kegiatan yang seharusnya dilakukan setelah berbuka, salat tarawih misalnya.

Untuk aku pribadi, karena hanya dapat dilakukan pada bulan Ramadan, tarawih ini spesial dan sayang dilewatkan, jadi kadang-kadang kalau buka bersama yang kuhadiri itu lingkupnya pribadi, akrab, dan tidak terlalu luas, kadang aku lebih suka kalau dilakukan tidak terlalu lama atau kadang aku mengingatkan terlebih dahulu perihal tarawih ini (bukan dengan maksud sok suci lho).

Ada satu buka bersama yang lumayan berkesan Ramadan kemarin, buka bersama dengan--katakanlah nama kami asemCUKa. Lebih setahun yang lalu kami dipertemukan pada tahun terakhir kami di bangku SMP sebagai satu kelas, begitu juga ketika tahun pertama kami. Jumlah kami sebetulnya 29, tapi sayang sekali tidak tiap-tiap dari kami hadir hari itu, menyisakan kami menjadi ... sekitar 20-sekian mungkin?

Dilakukan dengan sederhana; temu kangen dan sebagainya. Begitu bertemu teman yang sekolahnya terpisah lumayan jauh; wah, senangnya bukan main. Makanannya pun sebagian didapatkan dari sumbangan teman-teman jadi biaya urunnya tidak terlalu mahal. Dilakukan di kos-kosan milik seorang teman (dan kami yakin seyakin-yakinnya kami sangat ramai hari itu sehingga ada, bahkan mungkin banyak, penghuni kos yang lumayan terganggu, haha).

Satu kejadian adalah, setelah kami makan makanan berat (nasi) seharusnya kami bersegera untuk bersiap-siap salat isya dan tarawih (syukurlah sesi ini sudah dijadwalkan dari awal). Tetapi pada kenyataannya kami lebih banyak mengobrol, berfoto bersama, dan sebagainya. Sampai kira-kira sudah lewat setengah jam dari adzan isya kami tersadar bahwa jika saja dilakukan dari tadi, mungkin kami sudah selesai salat dari tadi.

Jika saja.

Kami langsung bersegera bersiap untuk salat isya dan tarawih dengan diimami seorang teman. Alhamdulillah, bahkan mengerjakan salat isya empat rakaat dan tarawih sebelas rakaat tidak terasa berlalu begitu saja.

Kalau saja dilakukan sedari tadi ....

Rupanya tidak susah lho, sungguhan tidak terasa. Ternyata salat tarawih itu ringan. Yang membuat salah tarawih ini tertunda adalah dari kami sendiri. Halangan terbesarnya adalah ketika hendak mencoba untuk memulai.

Kemudian selanjutnya kami bergabung dengan teman-teman yang terlebih dahulu ada di rooftop kos-kosan (hahaha) untuk lanjut sesi ramah tamah dan tentu saja main kembang api~

Malam itu yang jelas, seperti apa yang teman saya kemukakan seusai tarawih, saya pulang dengan perasaan tenang. Damai deh rasanya. Karena sudah tidak ada tanggungan lagi.

Ternyata, halangan terbesarnya adalah ketika hendak memulai.

0 komentar:

Posting Komentar